Dermaga Pantai Selayar |
Terletak di ujung Provinsi Sulawesi Selatan, pulau tenang dan terisolasi ini bernama Pulau Selayar.
Di sanalah akan Anda dapati pulau dengan hamparan pasir putih luas dan
perairan nan jernih. Meskipun masih didominasi oleh hutan tadah hujan,
Selayar menawarkan banyak pantai berpasir putih.
Pulau Selayar memiliki panjang 80
kilometer dan merupakan pintu gerbang menuju ke keindahan Taman Nasional
Taka Bonerate. Di bawah lautnya tersimpan warna-warni terumbu karang,
spons raksasa, hingga beraneka ragam jenis ikan seperti duyung, tuna,
penyu dan pari manta. Selayar terdiri dari 21 pulau dan atol, dimana
Taka Bonerate merupakan atol terbesar ketiga di dunia setelah Kepulauan
Marshall dan Maladewa.
Kota terbesar di Selayar adalah Benteng
yang ramai dengan sepeda motor dan becak. Pusat kotanya masih menyisakan
sebuah penjara tua peninggalan Belanda dari tahun 1890 yang masih kokoh
berdiri. Pusat kota atau sering disebut alun-alun itu merupakan pusat
berbagai kegiatan perayaan seni, budaya, dan hiburan di Selayar.
Pulau Selayar sebenarnya sudah terkenal sejak berabad lamanya, Manuskrip Jawa kuno, yaitu Nagara Kertagama
menyebutkan pada abad ke-14 terdapat sebuah kerajaan yang berkuasa di
Selayar. Kerajaan pra-Islam tersebut tampaknya telah menjadi pusat
perdagangan dan dikunjungi pedagang dari China, Filipina dan Thailand.
Bukti keberadaan kerajaan di Pulau Selayar tersebut diperkuat
bukti-bukti yang ditemukan berbagai artefak di sekitar pulau. Salah satu
penemuan yang paling penting adalah Gendang Dongson yang merupakan
gendang terbesar di dunia dan menurut penelitian sudah berusia sekira
2.000 tahun. Gedang ini kemungkinan berasal dari zaman perunggu. Artefak
yang ditemukan lainnya adalah seperti porselen Cina dan porselen
Sawankholok (Thailand). Menurut penelitian bahwa kemungkinan pengaruh
Islam mulai masuk Selayar pada abad ke-16 yang dibawa oleh pengikut
Sulatan Ternate dari Maluku Utara.
Pada abad ke-16 kekuasaan atas Pulau
Selayar diperebutkan berbagai pihak karena produk katunnya yang menjadi
favorit di Nusantara. Perebutan kekuasaan atas Selayar ketika itu
akhirnya dimenangkan Belanda dan kemudian memonopoli perdagangan kapas
serta memaksa rakyat Selayar untuk mengirimkan kapas hanya ke Fort
Rotterdam di Makasaar saja. Akan tetapi, dengan hadirnya kain modern
membuat popularitas kapas menyusut dan masyarakat Selayar pun dipaksa
untuk kembali hidup dari produk kelapa.
Photo dari Ng Sebastian:
Batangmata Selayar |
Pantai Selayar |
Deluxe Bungalow di Pulau Selayar |
Bonetapalang Dive Spot |
Sumber: indonesia.travel