Bandar Udara Soekarno-Hatta, Jakarta |
Senior General Manager PT Angkasa Pura II Bandara Internasional
Soekarno-Hatta, Bram Baroto Tjiptadi memberi imbauan kepada para
penumpang yang akan terbang dari Bandara Soekarno-Hatta. Dengan
melakukan hal-hal ini, penumpang bisa lebih nyaman terbang. Berikut
tipsnya.
1. Prediksikan waktu berangkat ke bandara lebih leluasa, jangan mepet.
2.
Tiba di terminal, sebaiknya penumpang hanya diantar di depan terminal.
Sekarang ini sudah banyak pejabat yang tak perlu lagi diantar sampai ke
dalam terminal.
3. Gunakan troli jika barang bawan banyak. Nanti,
troli akan disediakan tanpa porter, seperti di Terminal 3. Proses ini
dilakukan bertahap dan akan dilakukan setelah proses revitalisasi
Terminal 1 dan Terminal 2 selesai.
4. Masuk ke terminal,
penumpang akan diperiksa oleh petugas SCP (security check point) 1.
Siapkan tiket dan KTP atau identitas resmi lain. Terhambat di sini
menjadikan antrean makin panjang.
5. Penumpang dan bawaannya akan diperiksa melalui X-ray dan metal detector.
Barang-barang yang besar dan berat sebaiknya dimasukkan bagasi, bukan
kabin pesawat. Ke depan, lokasi pemeriksaan ini akan dimajukan agar
lebih leluasa. Kemudian area jalan untuk menurunkan dan menaikkan
penumpang di depan terminal rencananya akan dijadikan taman.
6. Masuk ke area check-in, usahakan tak mepet waktu. Pada jam-jam sibuk, antrean di SCP 1 sampai ke check-in bisa memakan waktu 30 menit sampai satu jam.
7. Sebelum masuk ke boarding lounge,
penumpang antre lagi untuk membayar PSC (passenger service charge).
Beda dengan penumpang Garuda Indonesia yang sudah memasukkan PSC ke
dalam harga tiket, sehingga tak perlu antre di sini. Konter ini jika
dihilangkan akan menambah luas area menuju ruang tunggu. Penumpang yang
tiba lebih awal dari waktu tunggu bisa dimanjakan dan berekreasi
melihat-lihat pertokoan dan sajian menarik lainnya.
"Ini akan menuju world class airport," kata Bram. Untuk mewujudkannya, masterplan sudah dibuat. "Nanti antarterminal akan terkoneksi dengan commuter line,"
ungkapnya. Lorong Terminal 1 akan ditutup kaca semua untuk
menghilangkan "budaya merokok" yang sampai saat ini sulit dihilangkan.
Di Terminal 2 pun segera dibangun ruang untuk first class-nya penumpang Garuda. Pembangunan taxiway akan dipercepat untuk mengantisipasi percepatan penerbangan. "Penumpang boarding tepat waktu, tapi setelah masuk pesawat dan mau terbang, tak tepat waktu karena harus menunggu lama," ujarnya.
Untuk
mengatasi adanya calo, Bram mengusulkan agar airlines tidak menjual
tiket di bandara. Namun hal ini masih tanda tanya besar karena maskapai
penerbangan belum tentu setuju. Begitu pula dengan penggantian tipe
pesawat menjadi yang lebih besar untuk rute-rute gemuk dengan banyak
frekuensi, seperti ke Surabaya dan Denpasar.
Sebenarnya, lanjut Bram, kalau petugas bandara, airlines, ground handling,
memberi pelayanan yang ramah, otomatis orang-orang yang melanggar itu
akan hilang. Harapannya, tidk ada lagi taksi gelap, pedagang asongan dan
calo di bandara.
Bagaimana dengan aksi penumpang yang sekarang
ini cenderung anarkis jika penerbangan tertunda atau dibatalkan? Pihak
bandara sudah membentuk response team. Tim ini akan merespons yang
terjadi di lapangan terutama kalau ada delay.
"Biasanya penumpang mencecar petugas. Karena ketakutan, petugas sembunyi. Makanya kalau ada delay, duty manager dari maskapai bisa melaporkan kondisinya ke polisi setempat atau Kasospol. Lihat indikasinya. Jika delay makin lama, laporan bisa sampai ke tingkat yang paling atas," tuturnya.
Menurut
Bram, yang dibutuhkan penumpang adalah informasi dan komunikasi.
Penumpang ingin mendapatkan informasi yang jelas. Petugas pun harus
berani menyampaikan penjelasan.
Sumber: nationalgeographic.co.id