Taman Nasional Lorentz ditetapkan sebagai Situs Warisan Alam Dunia oleh UNESCO dan Warisan Alam ASEAN oleh negara-negara ASEAN. |
Taman Nasional Lorentz merupakan perwakilan
dari ekosistem terlengkap untuk keanekaragaman hayati di Asia Tenggara
dan Pasifik. Kawasan ini juga merupakan salah satu diantara tiga kawasan
di dunia yang mempunyai gletser di daerah tropis. Membentang dari puncak
gunung yang diselimuti salju (5.030 meter dpl), hingga membujur ke perairan
pesisir pantai dengan hutan bakau dan batas tepi perairan Laut Arafura.
Dalam bentangan ini, terdapat spektrum ekologis menakjubkan dari kawasan
vegetasi alpin, sub-alpin, montana, sub-montana, dataran rendah, dan lahan
basah. Selain memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi,
terdapat pula beberapa kekhasan dan keunikan adanya gletser di Puncak
Jaya dan sungai yang menghilang beberapa kilometer ke dalam tanah di Lembah
Balliem.
Sebanyak 34 tipe vegetasi diantaranya hutan rawa, hutan tepi sungai, hutan
sagu, hutan gambut, pantai pasir karang, hutan hujan lahan datar/lereng,
hutan hujan pada bukit, hutan kerangas, hutan pegunungan, padang rumput,
dan lumut kerak.
Jenis-jenis tumbuhan di taman nasional ini antara lain nipah (Nypa fruticans),
bakau (Rhizophora apiculata), Pandanus julianettii, Colocasia
esculenta, Avicennia marina, Podocarpus pilgeri, dan Nauclea coadunata.
Puncak jaya di Taman Nasinal Lorentz |
Jenis-jenis satwa yang sudah diidentifikasi di Taman Nasional
Lorentz sebanyak 630 jenis burung (± 70 % dari burung yang ada
di Papua) dan 123 jenis mamalia. Jenis burung yang menjadi ciri khas taman
nasional ini ada dua jenis kasuari, empat megapoda, 31 jenis dara/merpati,
30 jenis kakatua, 13 jenis burung udang, 29 jenis burung madu, dan 20
jenis endemik diantaranya cendrawasih ekor panjang (Paradigalla caruneulata)
dan puyuh salju (Anurophasis monorthonyx). Satwa mamalia tercatat antara lain babi duri moncong panjang (Zaglossus
bruijnii), babi duri moncong pendek (Tachyglossus aculeatus),
4 jenis kuskus, walabi, kucing hutan, dan kanguru pohon.
Taman nasional ini memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan ditunjang
keanekaragaman budaya yang mengagumkan. Diperkirakan kebudayaan tersebut
berumur 30.000 tahun dan merupakan tempat kediaman suku Nduga, Dani Barat,
Amungme, Sempan dan Asmat. Kemungkinan masih ada lagi masyarakat yang
hidup terpencil di hutan belantara ini yang belum mengadakan hubungan
dengan manusia modern.
Suku Asmat terkenal dengan keterampilan pahatan patungnya.
Menurut kepercayaannya, suku tersebut identik dengan hutan atau pohon.
Batang pohon dilambangkan sebagai tubuh manusia, dahan-dahannya sebagai
lengan, dan buahnya sebagai kepala manusia. Pohon dianggap sebagai tempat
hidup para arwah nenek moyang mereka. Sistem masyarakat Asmat yang menghormati
pohon, ternyata berlaku juga untuk sungai, gunung dan lain-lain.
Lorentz ditunjuk sebagai taman nasional pada tahun 1997,
sehingga fasilitas/sarana untuk kemudahan pengunjung masih sangat terbatas,
dan belum semua obyek dan daya tarik wisata alam di taman nasional ini
telah diidentifikasi dan dikembangkan.
Lembah di Taman Nasional Lorentz |
Sumber: dephut.go.id