Sunday, September 15, 2013

Mulyoto Pangestu Meraih EGold Young Inventor Awards dengan Karyanya "Metode Penyimpanan Sperma”

Mulyoto Pangestu Penemu Cara Membekukan Sperma
 Selama ini dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) di bidang bioteknologi hanya mengenal penyimpanan sperma dalam tabung dengan N Cair di bawah suhu ruang yang tidak praktis dan mahal. Bermodalkan dengan sedotan plastik yang hanya membutuhkan biaya sekitar Rp 2.000,00 Ir. R Mulyoto Pangestu Dip. Agr. Sc, dosen Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan Fakultas Peternakan UNSOED Purwokerto brhasil mendobrak tradisi itu.
Atas penemuannya yang cukup menggemparkan, Mulyoto Pangestu berhasil meraih penghargaan Young inventor Award 13 Desember lalu. Penghargaan kelas internasional bidang Iptek itu dikelola oleh The Far Eastern Economic Review bekerjasama dengan Hewlett-Packard Asia.
Apa yang dilakukan Mulyoto cukup membanggakan rekan-rekan dosen di Fapet UNSOED dan dunia penelitian Indonesia. Apalagi di masa keterpurukan bangsa kita, masih ada peneliti muda yang berhasil menemukan metode penyimpanan sperma yang selama ini dianggap masih mahal “, kata Kepala Humas dan Publikasi Q-Project Fapet UNSOED, Ir. Kusuma W MSc.
Mulyoto Pangestu menemukan metode pengeringan dan penyimpanan sperma yang sangat berguna bagi para ilmuwan dan dokter di negara berkembang. Dia mengembangkan metode penyimpanan dengan bahan-bahan sederhana, seperti sedotan plastik dan kantung laumnium foil. Bahan penyimpana sperma itu hanya membuthkan biaya 50 sen dolar Australian (Rp 2.000,00) serta tidak memerlukan penanganan khusus. Sperma yang telah dikeringkan di penyimpanan dalam suhu ruang, dapat bertahan bertahun-tahun dalam kondisi prima. Sperma itu dapat dipakai untuk fertiliasi (pembuahan buatan) berikutnya.
Penemuan ini sangat besar manfaatnya, mengingat metode sebelumnya membutuhkan biaya yang mahal. Menurut informasi yang diterima Kusuma W, penemuan Mulyoto sangat mungkin dikembangkan juga ke manusia.
Mulyoto Pangestu
Ilmuwan dan dokter di negara berkembang selama ini kekurangan biaya dalam mengadakan peralatan dingin. Mulyoto menemukan cara yang murah dan pantas disebut terobosan baru. Teknik ini juga menjadi alternatif lebih murah bagi perusahaan cold storage dalam mengawetkan bahan-bahan organis, jelas Jilian Shaw, Kepala Supervisor Program Doktor Mulyoto di Monash Institute of Reproduction and Development di Clayton, Melbourne Australia.
Mulyoto Pangestu sendiri sampai sekarang masih melanjutkan program doktoralnya di universitas itu sejak 2 tahun lalu bersama istrinya. Alumnus UNSOED kelahiran Pekalongan 11 November 1963 sebelum mendapat beasiswa dari pemerintah Australia untuk meraih gelar master kesarjanaan, sebelumnya aktif menjadi dosen di kampusnya. Dia sendiri selama ini aktif mengikuti kegiatan dan penulisan ilmiah puluhan kali di tingkat nasional dan internasional.

Sumber: unsoed.com