Mulyoto Pangestu Penemu Cara Membekukan Sperma |
Selama ini dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) di
bidang bioteknologi hanya mengenal penyimpanan sperma dalam tabung
dengan N Cair di bawah suhu ruang yang tidak praktis dan mahal.
Bermodalkan dengan sedotan plastik yang hanya membutuhkan biaya sekitar
Rp 2.000,00 Ir. R Mulyoto Pangestu Dip. Agr. Sc, dosen Fisiologi
Reproduksi dan Inseminasi Buatan Fakultas Peternakan UNSOED Purwokerto
brhasil mendobrak tradisi itu.
Atas penemuannya yang cukup menggemparkan, Mulyoto Pangestu berhasil
meraih penghargaan Young inventor Award 13 Desember lalu. Penghargaan
kelas internasional bidang Iptek itu dikelola oleh The Far Eastern
Economic Review bekerjasama dengan Hewlett-Packard Asia.
Apa yang dilakukan Mulyoto cukup membanggakan rekan-rekan dosen di
Fapet UNSOED dan dunia penelitian Indonesia. Apalagi di masa
keterpurukan bangsa kita, masih ada peneliti muda yang berhasil
menemukan metode penyimpanan sperma yang selama ini dianggap masih mahal
“, kata Kepala Humas dan Publikasi Q-Project Fapet UNSOED, Ir. Kusuma W
MSc.
Mulyoto Pangestu menemukan metode pengeringan dan penyimpanan sperma
yang sangat berguna bagi para ilmuwan dan dokter di negara berkembang.
Dia mengembangkan metode penyimpanan dengan bahan-bahan sederhana,
seperti sedotan plastik dan kantung laumnium foil. Bahan penyimpana
sperma itu hanya membuthkan biaya 50 sen dolar Australian (Rp 2.000,00)
serta tidak memerlukan penanganan khusus. Sperma yang telah dikeringkan
di penyimpanan dalam suhu ruang, dapat bertahan bertahun-tahun dalam
kondisi prima. Sperma itu dapat dipakai untuk fertiliasi (pembuahan
buatan) berikutnya.
Penemuan ini sangat besar manfaatnya, mengingat metode sebelumnya
membutuhkan biaya yang mahal. Menurut informasi yang diterima Kusuma W,
penemuan Mulyoto sangat mungkin dikembangkan juga ke manusia.
Mulyoto Pangestu |
Ilmuwan dan dokter di negara berkembang selama ini kekurangan biaya
dalam mengadakan peralatan dingin. Mulyoto menemukan cara yang murah dan
pantas disebut terobosan baru. Teknik ini juga menjadi alternatif lebih
murah bagi perusahaan cold storage dalam mengawetkan bahan-bahan
organis, jelas Jilian Shaw, Kepala Supervisor Program Doktor Mulyoto di
Monash Institute of Reproduction and Development di Clayton, Melbourne
Australia.
Mulyoto Pangestu sendiri sampai sekarang masih melanjutkan program
doktoralnya di universitas itu sejak 2 tahun lalu bersama istrinya.
Alumnus UNSOED kelahiran Pekalongan 11 November 1963 sebelum mendapat
beasiswa dari pemerintah Australia untuk meraih gelar master
kesarjanaan, sebelumnya aktif menjadi dosen di kampusnya. Dia sendiri
selama ini aktif mengikuti kegiatan dan penulisan ilmiah puluhan kali di
tingkat nasional dan internasional.
Sumber: unsoed.com