Taruna Ikrar Ph.D |
Taruna Ikrar Ph.D., ilmuwan Indonesia yang menempuh post-doctoral di
School of Medicine, University of California, Irvine, AS, menemukan
teknik baru pengobatan kejang epilepsi. Penemuan tersebut dipublikasikan
di jurnal Frontiers of Neural Circuit yang terbit pada 20 Januari 2012
lalu. Taruna dalam surat elektronik kepada Kompas.com
beberapa waktu lalu menuturkan, kejang epilepsi merupakan manifestasi
ketidakseimbangan aliran dan sirkuit listrik di otak. Ketidakseimbangan
ini ditentukan oleh sel saraf yang berfungsi sebagai inhibitory (sel-sel pengontrol) dan excitatory (sel-sel saraf yang menimbulkan loncatan arus listrik).
"Jika sistem saraf excitatory
yang dominan dan tidak teratur, kondisi ini menyebabkan loncatan arus
listrik di otak yang tidak terkendali, dan pada akhirnya bermanifestasi
berupa kejang, mulai dari level ringan hingga level yang sangat
berbahaya," jelas Taruna. Teknik pengobatan kejang epilepsi yang digunakan dalam penelitian Taruna berbasis pada sinkrinisasi fungsi saraf inhibitory dan excitatory. Lewat teknik aktivasi genetik, aktivitas saraf tertentu bisa ditingkatkan atau diturunkan untuk mendapatkan keseimbangan.
Secara
spesifik, teknik yang digunakan adalah manipulasi reseptor Allostatin
(AlstR), sistem ligan yang telah dikembangkan untuk memenangkan secara
selektif dan dapat bekerja secara cepat pada sistem saraf mamalia. Taruna mengatakan, AlstR dijadikan sebagai target agar mampu menurunkan aktivitas saraf excitatory sekaligus merangsang fungsi saraf inhibitory. Seperti
diuraikan dalam publikasinya, Taruna menjelaskan bahwa penelitian
keefektifan teknik tersebut diujikan pada tikus putih yang telah
didesain agar mampu mengekspresikan AlstR dan protein fluorescent hijau
(GFP). "Ditemukan ekspresi Cre-AlstRs yang secara khusus menyandi sistem saraf jenis inhibitory,
yang menunjukkan dapat bekerja secara spesifik untuk meng-inaktivasi
saraf pada saat diberikan obat allatostatin. Ini berarti dapat secara
spesifik dan berefek kuat baik pada tingkat sel tunggal ataupun dalam
tingkatan populasi sel-sel saraf," papar Taruna.
Taruna juga
menjelaskan, penerapan peptida allostatin juga menunjukkan efek yang
sangat nyata dengan mengurangi aktivitas loncatan listrik pada
penelitian yang menggunakan AlstR dengan ekspresi sel saraf dalam
menanggapi suntikan intrasomatic dan photostimulation. Sementara, pada
sistem saraf tanpa ekspresi AlstR, perlakuan yang sama tak berpengaruh
sama sekali. Sejauh ini, diketahui bahwa epilepsi pun bersifat
progresif. Penderita epilepsi mengalami peningkatan frekuensi kejang
yang semakin parah. Bahkan, 50 persen penderita masih mengalami kejang
walaupun telah menjalani pengobatan.
Taruna Ikrar, Ph.D at School of Medicine, University of California, Irvine, AS |
Hasil riset, kata Taruna,
bisa menjadi harapan cara pengobatan kejang epilepsi di masa depan.
Teknik itu bisa membantu mengatasi epilepsi menahun dan parah yang belum
ditemukan obatnya. Taruna Ikrar adalah ilmuwan Indonesia
kelahiran Makassar yang menamatkan studi doktor di bidang ilmu penyakit
jantung di Universitas Niigata, Jepang. Penelitian tentang teknik
pengobatan kejang epilepsi ini dikerjakannya bersama ilmuwan lain dari
University of California Irvine dan Salk Institute for Biological
Studies di San Diego.
Sumber: kompas.com
Sumber: kompas.com