Rasa penasaran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir akhirnya terbayar tuntas.
Pasangan ganda campuran peringkat dua dunia itu berhasil menekuk
pasangan Denmark, Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen di final
China Open Super Series Premier 2013. Tontowi/Liliyana dipaksa
bermain ruber gim dengan hasil akhir 21-10, 5-21, 21-17 dalam waktu 54
menit di Yuan Shen Gymnasium, Shanghai, Ahad (17/11). Tontowi/Liliyana
merupakan satu-satunya wakil Indonesia yang melenggang ke partai final
dan membawa pulang gelar juara.
"Dari awal masuk lapangan, kami sudah yakin dan lebih percaya diri, apalagi tahun ini kami dapat gelar All England dan Juara Dunia," ujar Liliyana dalam rilis yang diterima Republika. Pertandingan di partai akhir tersebut berlangsung sangat seru dan sengit. Sejak awal pertandingan Tontowi/Liliyana memiliki serangan yang cukup bagus dan tajam, sehingga mereka dengan mudah mengantongi kemenangan pertama. Namun di gim kedua tanpa disangka Nielsen/Pedersen bermain sangat agresif dengan melancarkan serangan bertubi-tubi. Hal tersebut membuat ganda campuran Indonesia menjadi kewalahan sehingga tertinggal angka sangat telak dan tak bisa mengejar ketinggalan.
"Pada gim kedua Tontowi/Liliyana kalah angin, jadi kalau salah posisi saat terima servis pasti banyak tertekan, mereka juga banyak mengangkat bola sehingga pertahanannya jebol terus," ujar Asisten Pelatih ganda campuran Pelatnas PBSI, Nova Widianto. Belajar dari kesalahan di gim kedua, Tontowi/Liliyana mulai mengetatkan pertahanan mereka dan tidak lengah terhadap serangan lawan. Permainan Tontowi/Liliyana meningkat cukup drastis, mereka kerap melakukan smes-smes keras sehingga membuat lawan terkecoh. Beberapa kali ganda campuran Pelatnas PBSI tersebut sempat melakukan kesalahan, namun mereka bisa mengatasinya. Pengembalian Pedersen yang menyangkut di net menjadi penentu kemenangan Indonesia dalam kejuaraan premier akhir musim itu.
Menurut Nova, kunci kemenangan pasangan ganda campuran andalan Indonesia itu terletak pada penerapan strategi yang mumpuni di lapangan. Nova mengakui, penampilan Tontowi/Liliyana agak menurun namun mereka sudah siap dengan pola permainan yang akan diterapkan oleh lawan. Selain itu, mereka juga banyak belajar dari kekalahan sebelumnya.
Pertemuan di partai final ini sudah dinanti sejak lama oleh Tontowi/Liliyana, mereka mengaku penasaran karena sudah lama tak bertanding dengan ganda campuran yang saat ini menduduki peringkat empat dunia tersebut. Sejumlah persiapan menjelang laga final telah dilakukan oleh Tontowi/Liliyana, mereka menonton video pertandingan lawan sebagai modal untuk menentukan strategi di lapangan. Dari lima kali pertemuan, akhirnya Tontowi/Liliyana berhasil mengantongi dua kemenangan atas Nielsen/Pedersen. Ganda campuran yang saat ini menempati peringkat ke dua dunia itu pertama kali menundukkan Nielsen/Pedersen di Kejuaraan Dunia 2011. Setelah itu, mereka harus mengakui keunggulan pasangan Denmark tersebut pada perebutan medali perunggu Olimpiade London 2012, Korea Open Super Series Premier 2013, dan Djarum Indonesia Open Super Series Premier 2013.
"Dari awal masuk lapangan, kami sudah yakin dan lebih percaya diri, apalagi tahun ini kami dapat gelar All England dan Juara Dunia," ujar Liliyana dalam rilis yang diterima Republika. Pertandingan di partai akhir tersebut berlangsung sangat seru dan sengit. Sejak awal pertandingan Tontowi/Liliyana memiliki serangan yang cukup bagus dan tajam, sehingga mereka dengan mudah mengantongi kemenangan pertama. Namun di gim kedua tanpa disangka Nielsen/Pedersen bermain sangat agresif dengan melancarkan serangan bertubi-tubi. Hal tersebut membuat ganda campuran Indonesia menjadi kewalahan sehingga tertinggal angka sangat telak dan tak bisa mengejar ketinggalan.
"Pada gim kedua Tontowi/Liliyana kalah angin, jadi kalau salah posisi saat terima servis pasti banyak tertekan, mereka juga banyak mengangkat bola sehingga pertahanannya jebol terus," ujar Asisten Pelatih ganda campuran Pelatnas PBSI, Nova Widianto. Belajar dari kesalahan di gim kedua, Tontowi/Liliyana mulai mengetatkan pertahanan mereka dan tidak lengah terhadap serangan lawan. Permainan Tontowi/Liliyana meningkat cukup drastis, mereka kerap melakukan smes-smes keras sehingga membuat lawan terkecoh. Beberapa kali ganda campuran Pelatnas PBSI tersebut sempat melakukan kesalahan, namun mereka bisa mengatasinya. Pengembalian Pedersen yang menyangkut di net menjadi penentu kemenangan Indonesia dalam kejuaraan premier akhir musim itu.
Menurut Nova, kunci kemenangan pasangan ganda campuran andalan Indonesia itu terletak pada penerapan strategi yang mumpuni di lapangan. Nova mengakui, penampilan Tontowi/Liliyana agak menurun namun mereka sudah siap dengan pola permainan yang akan diterapkan oleh lawan. Selain itu, mereka juga banyak belajar dari kekalahan sebelumnya.
Pertemuan di partai final ini sudah dinanti sejak lama oleh Tontowi/Liliyana, mereka mengaku penasaran karena sudah lama tak bertanding dengan ganda campuran yang saat ini menduduki peringkat empat dunia tersebut. Sejumlah persiapan menjelang laga final telah dilakukan oleh Tontowi/Liliyana, mereka menonton video pertandingan lawan sebagai modal untuk menentukan strategi di lapangan. Dari lima kali pertemuan, akhirnya Tontowi/Liliyana berhasil mengantongi dua kemenangan atas Nielsen/Pedersen. Ganda campuran yang saat ini menempati peringkat ke dua dunia itu pertama kali menundukkan Nielsen/Pedersen di Kejuaraan Dunia 2011. Setelah itu, mereka harus mengakui keunggulan pasangan Denmark tersebut pada perebutan medali perunggu Olimpiade London 2012, Korea Open Super Series Premier 2013, dan Djarum Indonesia Open Super Series Premier 2013.
Pola permainan Denmark memang tak sekuat
China, namun harus diakui komposisi Nielsen/Pedersen sangat klop.
Nielsen yang merupakan pemain kidal kerap bermain lebih dominan di
lapangan. Dalam kejuaraan tersebut China selaku tuan rumah memboyong
tiga gelar, disusul oleh Indonesia dan Korea yang masing-masing membawa
pulang satu gelar. Setelah kejuaraan ini Tontowi/Liliyana akan segera
mempersiapkan diri untuk menatap Final Super Series 2013 pada 11-15
Desember mendatang di Kuala Lumpur, Malaysia.
Sumber: republika.co.id