Monday, August 26, 2013

Indonesia Memproduksi Pentavalen Baru

Vaksin Pentavalen Baru
Bio Farma merupakan salah satu perusahaan di Asia ang mampu memproduksi Pentavalen dengan harga yang cukup terjangkau. “Saat ini kita penuhi dulu pasar dalam negeri, setelah itu kita fokus ke ranah global setelah mendapatkan prakualifikasi dari WHO,” papar Rachman (Corporate Secretary Bio Farma). Alliansi Globak untuk Vaksin dan imunisasi atau Globa Alliance for Vaccine and Immunization (GAVI) sangat mendukung upaya yang dilakukan oleh Bio Farma untuk memproduksi pentavalen. CEO GAVI, Hellen Evans mengatakan pentavalen merupakan program prioritas GAVI. Alliansi ini mendorong negara-negara berkembang untuk dapat memproduksi vaksin dalam negeri.Ia juga berharap Indonesia dapat meningkatkankan kapasitas produksi vaksin pentavalen. “Kami mendorong negara-negara berkembang untuk dapat memproduksi vaksin secara mandiri,” kata Hellen.
Direktur pemasaran Bio Farma Mahendra mengatakan alliansi ini adalah badan yang peduli terhadap imunisasi. GAVI membantu pendanaan vaksin pemerintah Indonesia dengan membeli vaksin Pentavalent dari PT Bio Farma sebanyak 1,4 juta vials (masing-masing 5 dosis). “Secara ekonomis produk dalam negeri lebih terjangkau,” ungkap Mahendra
Sementara Direktur produksi Bio Farma Juliman Optimis, dengan berbagai kelebihan vaksin ini, tidaklah mengherankan bila kebutuhan vaksin pentavalen diproyeksikan akan mendominasi pembelian vaksin dari para produsen vaksin di negara-negara berkembang. Tahap awal, Bio Farma akan memproduksi pentavalen untuk memenuhi kebutuhan seluruh provinsi di Indonesia dan dilakukan secepatanya. Bio Farma juga berencana mengekspor vaksin ke negara-negara lain. Penjualan ke luar negeri ini akan dilakuakn setelah vaksin pentavalen lulus uji prakualifikasi WHO. Ini merupakan syarat untuk dapat memasarkan suatu produk vaksin ke luar negeri
Vaksin baru, yakni vaksin pentavalen. Vaksin gabungan dari vaksin dasar DPT-HB-HiB itu akan secara resmi digunakan untuk balita Indonesia pada hari Kamis, 22 Agustus 2013.
"Pencanangannya akan dilakukan di Karawang oleh Menteri Kesehatan pada hari Kamis," ujar Direktur Surveilance Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra, Dirjen P2PL Kementerian Kesehatan RI, dr Desak Made Wismarini pada temu media Kebijakan Introduksi Vaksin Pentavalen di Jakarta, Selasa (20/8).
Sedangkan untuk perkenalan, lanjut Desak, pada tahun 2013 ini hanya akan dilakukan di Jawa Barat, DI Yogyakarta, Bali dan NTB. Hal tersebut dilakukan karena masih terbatasnya jumlah vaksin yang telah di produksi oleh BioFarma, sehingga penerapannya harus secara berkala. "Yang memproduksi baru biofarma, jadi tidak mungkin akan langsung dapat memenuhi seluruh jumlah balita di Indonesia.
Menurutnya, dengan adanya vaksin pentavalen balita tidak perlu berulang kali disuntik untuk berbagai jenis imun. Pasalnya, dalam satu suntikan pentavalen terdapat lima vaksin untuk difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, serta Hib (Haemophylus Influenza Type B).
Sebelum disatukan, balita setidaknya harus menerima 9 kali suntikan untuk vaksin DPT (mencegah difteri dan pertusis), HB (hepatitis B ) dan HiB (pneumonia). Setiap jenis vaksin akan diberikan tiga kali dalam jangka waktu satu bulan. Dengan adanya vaksin baru ini, maka balita hanya perlu mendapat suntikan tiga kali dengan jangka waktu yang sama. Oleh karena itu,diharapakan akan mempermudah pemberian vaksin terhadap balita. Sehingga perlindungan pada bayi dari penyakit menular akan lebih mudah dan angka kematian bayi dan balita akan dapat ditekan.
"Vaksin ini seperti paket kombo, dikemas dalam satu kemasan dengan lima komponen vaksin untuk lima jenis penyakit. Sehingga kedepannya tidak perlu banyak suntikan," jelasnya.
Dalam situs resmi bio farma, vaksin ini dijelaskan berupa suspensi koloidal homogen bewarna putih susu dalam vial gelas tidak bewarna. Yang mengandung toksiod tetanus murni, difteri murni, dan bakteri pertusis yang diinaktivasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung partikel HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen) yang sangat murni dan bersifat non-infectious.
Cara penggunaannya adalah dengan disuntikkan secara intramuskuler dengan dosis 0.5 ml. Dan, harus menggunakana syringe dan jarum baru yang steril setiap kali penyuntikan. Vaksin ini diberikan pada bayi usia 8 minggu, dan 2 dosis berikutnya diberikan dengan interval waktu 4 minggu.
Mengenai keamanannya, Ketua Satua Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Prof Dr dr Sri Rezeki S. Hadinegoro, Sp.A (K) menegaskan bahwa vaksin baru tersebut telah lulus uji Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dengan nomor izin edar: DKL 1302906943A1. "Untuk masalah keamanan sudah terjamin. BPOM telah mengeluarkan izinnya pada 14 Juni lalu.
Ia juga menegaskan, pihaknya juga telah bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia untuk label halal pada vaksin pentavalen ini. Sehingga ia berharap, bagi pihak yang meragukan atau pihak yang enggan menggunakan vaksin tersebut dapat memikirkannya kembali.
"Sebab, vaksin ini sangat penting untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan pada bayi dan balita akibat penyakit pneumonia dan meningitis," tegasnya.
Namun, terdapat satu kelemahan dari vaksin pentavalen ini. Karena penggabungan dari beberapa vaksin maka ikatannya menjadi kurang erat jika dibandingkan dengan pemberian vaksin satu persatu. Hal tersebut mengharuskan anak kembali harus disuntik vaksin pada usia 15 bulan sampai dengan 1,5 tahun.
"Suntikan tersebut bukan pengulangan, tapi penguat. HiB memang yang paling longgar jika dibandingkan dengan ikatan DPT dan ikatan HB. Oleh sebab itu, antibodinya akan cepat habis. Jadi perlu diberi penguat saat usia 1,5 tahun," jelas Sri Rezeki.

Sumber: bumn.co.id