Vaksin Pentavalen Baru |
Bio Farma merupakan salah satu perusahaan di Asia ang mampu
memproduksi Pentavalen dengan harga yang cukup terjangkau. “Saat ini
kita penuhi dulu pasar dalam negeri, setelah itu kita fokus ke ranah
global setelah mendapatkan prakualifikasi dari WHO,” papar Rachman (Corporate Secretary Bio Farma).
Alliansi Globak untuk Vaksin dan imunisasi atau Globa Alliance for
Vaccine and Immunization (GAVI) sangat mendukung upaya yang dilakukan
oleh Bio Farma untuk memproduksi pentavalen. CEO GAVI, Hellen Evans
mengatakan pentavalen merupakan program prioritas GAVI. Alliansi ini
mendorong negara-negara berkembang untuk dapat memproduksi vaksin dalam
negeri.Ia juga berharap Indonesia dapat meningkatkankan kapasitas
produksi vaksin pentavalen. “Kami mendorong negara-negara berkembang
untuk dapat memproduksi vaksin secara mandiri,” kata Hellen.
Direktur pemasaran Bio Farma Mahendra mengatakan alliansi ini adalah badan yang peduli terhadap imunisasi. GAVI membantu pendanaan vaksin pemerintah Indonesia dengan membeli vaksin Pentavalent dari PT Bio Farma sebanyak 1,4 juta vials (masing-masing 5 dosis). “Secara ekonomis produk dalam negeri lebih terjangkau,” ungkap Mahendra
Sementara Direktur produksi Bio Farma Juliman Optimis, dengan berbagai kelebihan vaksin ini, tidaklah mengherankan bila kebutuhan vaksin pentavalen diproyeksikan akan mendominasi pembelian vaksin dari para produsen vaksin di negara-negara berkembang. Tahap awal, Bio Farma akan memproduksi pentavalen untuk memenuhi kebutuhan seluruh provinsi di Indonesia dan dilakukan secepatanya. Bio Farma juga berencana mengekspor vaksin ke negara-negara lain. Penjualan ke luar negeri ini akan dilakuakn setelah vaksin pentavalen lulus uji prakualifikasi WHO. Ini merupakan syarat untuk dapat memasarkan suatu produk vaksin ke luar negeri
Vaksin baru, yakni vaksin pentavalen. Vaksin gabungan dari vaksin dasar DPT-HB-HiB itu akan secara resmi digunakan untuk balita Indonesia pada hari Kamis, 22 Agustus 2013.
Direktur pemasaran Bio Farma Mahendra mengatakan alliansi ini adalah badan yang peduli terhadap imunisasi. GAVI membantu pendanaan vaksin pemerintah Indonesia dengan membeli vaksin Pentavalent dari PT Bio Farma sebanyak 1,4 juta vials (masing-masing 5 dosis). “Secara ekonomis produk dalam negeri lebih terjangkau,” ungkap Mahendra
Sementara Direktur produksi Bio Farma Juliman Optimis, dengan berbagai kelebihan vaksin ini, tidaklah mengherankan bila kebutuhan vaksin pentavalen diproyeksikan akan mendominasi pembelian vaksin dari para produsen vaksin di negara-negara berkembang. Tahap awal, Bio Farma akan memproduksi pentavalen untuk memenuhi kebutuhan seluruh provinsi di Indonesia dan dilakukan secepatanya. Bio Farma juga berencana mengekspor vaksin ke negara-negara lain. Penjualan ke luar negeri ini akan dilakuakn setelah vaksin pentavalen lulus uji prakualifikasi WHO. Ini merupakan syarat untuk dapat memasarkan suatu produk vaksin ke luar negeri
Vaksin baru, yakni vaksin pentavalen. Vaksin gabungan dari vaksin dasar DPT-HB-HiB itu akan secara resmi digunakan untuk balita Indonesia pada hari Kamis, 22 Agustus 2013.
"Pencanangannya akan dilakukan di
Karawang oleh Menteri Kesehatan pada hari Kamis," ujar Direktur
Surveilance Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra, Dirjen P2PL
Kementerian Kesehatan RI, dr Desak Made Wismarini pada temu media
Kebijakan Introduksi Vaksin Pentavalen di Jakarta, Selasa (20/8).
Sedangkan untuk perkenalan, lanjut
Desak, pada tahun 2013 ini hanya akan dilakukan di Jawa Barat, DI
Yogyakarta, Bali dan NTB. Hal tersebut dilakukan karena masih
terbatasnya jumlah vaksin yang telah di produksi oleh BioFarma, sehingga
penerapannya harus secara berkala. "Yang memproduksi baru biofarma,
jadi tidak mungkin akan langsung dapat memenuhi seluruh jumlah balita di
Indonesia.
Menurutnya, dengan adanya vaksin
pentavalen balita tidak perlu berulang kali disuntik untuk berbagai
jenis imun. Pasalnya, dalam satu suntikan pentavalen terdapat lima
vaksin untuk difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, serta Hib
(Haemophylus Influenza Type B).
Sebelum disatukan, balita setidaknya
harus menerima 9 kali suntikan untuk vaksin DPT (mencegah difteri dan
pertusis), HB (hepatitis B ) dan HiB (pneumonia). Setiap jenis vaksin
akan diberikan tiga kali dalam jangka waktu satu bulan. Dengan adanya
vaksin baru ini, maka balita hanya perlu mendapat suntikan tiga kali
dengan jangka waktu yang sama. Oleh karena itu,diharapakan akan
mempermudah pemberian vaksin terhadap balita. Sehingga perlindungan pada
bayi dari penyakit menular akan lebih mudah dan angka kematian bayi dan
balita akan dapat ditekan.
"Vaksin ini seperti paket kombo, dikemas
dalam satu kemasan dengan lima komponen vaksin untuk lima jenis
penyakit. Sehingga kedepannya tidak perlu banyak suntikan," jelasnya.
Dalam situs resmi bio farma, vaksin ini
dijelaskan berupa suspensi koloidal homogen bewarna putih susu dalam
vial gelas tidak bewarna. Yang mengandung toksiod tetanus murni, difteri
murni, dan bakteri pertusis yang diinaktivasi serta vaksin hepatitis B
yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung partikel HBsAg
(Hepatitis B Surface Antigen) yang sangat murni dan bersifat
non-infectious.
Cara penggunaannya adalah dengan
disuntikkan secara intramuskuler dengan dosis 0.5 ml. Dan, harus
menggunakana syringe dan jarum baru yang steril setiap kali penyuntikan.
Vaksin ini diberikan pada bayi usia 8 minggu, dan 2 dosis berikutnya
diberikan dengan interval waktu 4 minggu.
Mengenai keamanannya, Ketua Satua Tugas
Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Prof Dr dr Sri Rezeki S.
Hadinegoro, Sp.A (K) menegaskan bahwa vaksin baru tersebut telah lulus
uji Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dengan nomor izin edar: DKL
1302906943A1. "Untuk masalah keamanan sudah terjamin. BPOM telah
mengeluarkan izinnya pada 14 Juni lalu.
Ia juga menegaskan, pihaknya juga telah
bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia untuk label halal pada
vaksin pentavalen ini. Sehingga ia berharap, bagi pihak yang meragukan
atau pihak yang enggan menggunakan vaksin tersebut dapat memikirkannya
kembali.
"Sebab, vaksin ini sangat penting untuk
menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan pada bayi dan balita
akibat penyakit pneumonia dan meningitis," tegasnya.
Namun, terdapat satu kelemahan dari
vaksin pentavalen ini. Karena penggabungan dari beberapa vaksin maka
ikatannya menjadi kurang erat jika dibandingkan dengan pemberian vaksin
satu persatu. Hal tersebut mengharuskan anak kembali harus disuntik
vaksin pada usia 15 bulan sampai dengan 1,5 tahun.
"Suntikan tersebut bukan pengulangan,
tapi penguat. HiB memang yang paling longgar jika dibandingkan dengan
ikatan DPT dan ikatan HB. Oleh sebab itu, antibodinya akan cepat habis.
Jadi perlu diberi penguat saat usia 1,5 tahun," jelas Sri Rezeki.