Green Canyon di Pangandaran |
Indonesia punya sejuta keindahan alam, mulai dari pantai, hingga puncak
gunung, tak terkecuali keindahan sungai. Salah satu sungai indah adalah
Green Canyon di Pangandaran. Anda dapat mencoba body rafting di sana. Jika
berbicara tentang sungai di Indonesia, ternyata Indonesia memiliki
sungai nan elok dengan tebing-tebing yang tinggi pada sisi-sisinya,
serta rimbunnya pohon-pohon diatas tebing-tebing tersebut. Semua itu ada
di Green Canyon yang berada di Pangandaran.
Green Canyon
Pangandaran terletak di Jawa Barat, tepatnya di Kecamatan Cijulang,
Kabupaten Ciamis, yang sekarang baru menjadi wilayah pemekaran menjadi
Kabupaten Pangandaran. Untuk menuju ke Green Canyon, banyak tersedia bus
yang menuju ke Pangandaran, misalnya dari Kota Bandung ataupun Jakarta.
Selanjutnya dilanjutkan dengan naik bus kecil tujuan Cimerak dari
terminal Pangandaran.
Sebenarnya nama asli wisata alam ini ialah Cukang Taneuh, atau dalam bahasa Indonesia diartikan jembatan tanah yang terbentuk alami meghubungkan antara kedua sisi tebing di atas sungai. Pada bagian bawah jembatan dan sepanjang aliran sungai yang digunakan untuk body rafting akan ditemui batuan berbentuk stalakmit dan stalaktit. Stalakmit dan stalakmit terbentuk akibat pelarutan air dengan batuan kapur secara terus menerus sehingga membentuk batu-batu runcing yang meneteskan air pada bagian ujungnya.
Air yang menetes dari ujung batu yang runcing berasal dari air hujan lalu masuk ke dalam lubang-lubang (doline) yang kemudian turun ke gua dan menetes-netes dari atap gua ke dasar gua. Adapun perbedaan antara stalakmit dan stalaktit ialah, stalakmit merupakan batuan yang terbentuk dari bagian lantai ke atas karena tetesan air dari atas, sedangkan stalaktit terbentuk dari bagian atap ke bawah. Selain itu stalakmit tidak berlubang, terlihat berlapis-lapis serta ujungnya tidak meruncing, sedangkan stalaktit sebaliknya. Disebut Green Canyon karena tebing-tebing tinggi pada sisi-sisi aliran sungai ini menyerupai tebing-tebing tinggi pada aliran sungai Grand Canyon sesungguhnya di Amerika Serikat.
Berbicara tentang Green Canyon di Pangandaran pasti akan berbicara tentang body rafting, yaitu menikmati keindahan alam dengan menyusuri sungai Green Canyon. Sungai yang akan disusuri kurang lebih sepanjang 5 km dengan waktu yang dibutuhkan sekitar 4-5 jam. Jarak yang cukup jauh karena harus disusuri hanya dengan berenang dan memanjat tebing-tebing di sisi-sisinya untuk menghindari arus yang berbahaya.
Perlengkapan pengaman tentunya juga harus dipersiapkan, seperti pelampung, helm, deker, sepatu khusus body rafting. Tapi tidak perlu khawatir jika kita tidak memiliki alat-alat tersebut, karena ada penyedia jasa yang menawarkan jasa body rafting di Green Canyon Pangandaran, sehingga tidak perlu mahal-mahal membeli alat-alat tersebut terlebih dahulu. Kurang lebih hanya ada 5 penyedia jasa body rafting di Green Canyon Pangandaran yang dapat dicari informasinya di internet.
Sebagian dari penyedia layanan tersebut ada yang menerima kedatangan dadakan (on the spot) dan ada juga salah satunya dengan memesan terlebih dahulu sebelum hari melaksanakan body rafting ini. Pihak penyedia layanan jasa body rafting ini umumnya sudah memberikan harga paket, diantaranya alat-alat pengaman body rafting, pemandu, kendaraan menuju tempat dimulai body rafting, dan perahu untuk menyusuri sungai dari lokasi akhir body rafting sampai darmaga.
Jadi tidak perlu banyak yang disiapkan walaupun untuk pemula, karena disamping sudah disediakan kebutuhan alat yang lengkap ditambah pemandu berpengalaman yang akan memandu dari awal hingga akhir untuk keselamatan saat kegiatan ini berlangsung.
Body rafting di Green Canyon Pangandaran akan lebih menyenangkan dimulai dari bagian hulu sungai, sehingga tidak melawan arus. Kami berangkat menuju lokasi start body rafting, membutuhkan waktu 20-30 menit dengan menggunakan mobil pick up yang disediakan penyedia jasa body rafting. Dilanjutkan dengan menuruni bukit dengan pohon-pohon yang rimbun dan semak belukar.
Sebelum dimulai, pemandu menyampaikan hal yang perlu diperhatikan. Diantaranya memastikan peserta tidak memiliki sakit jantung atau epilepsi, karena disamping akan memacu adrenalin, air juga cukup dingin selama berenang. Selain itu pemandu juga menyampaikan teknik untuk menghindari atau menghadapi batu-batuan yang berada di tengah sungai saat berenang. Pemandu juga memimpin pemanasan agar tidak terjadi keram. Baiknya peserta juga sarapan terlebih dahulu, karena body rafting ini membutuhkan energi dan ketahanan tubuh yang baik.
Awal menyusuri sungai, arus yang dihadapi masih terlihat tenang dengan sisi-sisi sungai berupa tebing yang ditumbuhi akar-akar pohon dan semak-semak. Saat itu kebetulan air sedang meluap karena hujan di pagi harinya, sehingga airnya pun tidak berwarna hijau, tapi sedikit berwarna kecoklatan. Namun setelah menyusuri sungai selama setengah jam baru dimulai arus sungai yang deras disertai batu-batu karang yang harus dihindari. Mulai tampak juga sedikit demi sedikit pemandangan tebing-tebing yang mempesona dirimbuni pohon-pohon besar diatasnya.
Terus menyusuri sungai akan terlihat lebih jelas lagi pesona staklatit yang begitu indah, mengucurkan air dari ujung batuan yang runcing ke bawah sungai. Pohon-pohon besar di atas tebing disertai akar-akarnya yang menjulur kebawah, menambah suasana yang menakjubkan. Cahaya dari langit yang tertutup rimbunnya pohon pun ikut melengkapi keindahan aliran sungai serta tebing-tebing tinggi disisinya. Sungguh lukisan Sang Maha Pencipta yang begitu sempurna yang kami lihat dari atas batu di tengah aliran sungai Green Canyon.
Sebelum mengakhiri body rafting yang akan berakhir di mulut gua atau yang disebut Cukang Taneuh, kami ditantang untuk terjun dari batu berbentuk payung setinggi kurang lebih 7 meter. Terjun dari batu payung hanya jadi pilihan peserta body rafting, pihak penyedia jasa layanan body rafting tidak memaksa untuk terjun. Namun kami bertujuh sepakat untuk terjun, walaupun salah satu diantara kami ragu karena ketinggiannya.
Untuk naik ke batu payung kami harus mendaki tebing yang berada di sisi sungai. Tak ingin berlama-lama merasa takut di atas batu payung, kami pun loncat ke aliran sungai satu persatu. Sekali lagi seakan-akan alam menghibur kami.
Tibalah di akhir perjalan body rafting kami di Green Canyon, body rafting kami diakhiri di bawah langit Cukang Taneuh. Sambil menunggu perahu yang akan membawa kami ke dermaga. Ternyata sampai akhir pun alam masih memberikan keindahannya dari langit-langit bawah jembatan tanah alami yang dipenuhi stalaktit-stalaktit. Inilah perjalanan kami untuk kembali ke alam untuk melihat kebesaran-Nya, yang selalu menjadi momen yang paling menyenangkan bagi kami.
Sebenarnya nama asli wisata alam ini ialah Cukang Taneuh, atau dalam bahasa Indonesia diartikan jembatan tanah yang terbentuk alami meghubungkan antara kedua sisi tebing di atas sungai. Pada bagian bawah jembatan dan sepanjang aliran sungai yang digunakan untuk body rafting akan ditemui batuan berbentuk stalakmit dan stalaktit. Stalakmit dan stalakmit terbentuk akibat pelarutan air dengan batuan kapur secara terus menerus sehingga membentuk batu-batu runcing yang meneteskan air pada bagian ujungnya.
Air yang menetes dari ujung batu yang runcing berasal dari air hujan lalu masuk ke dalam lubang-lubang (doline) yang kemudian turun ke gua dan menetes-netes dari atap gua ke dasar gua. Adapun perbedaan antara stalakmit dan stalaktit ialah, stalakmit merupakan batuan yang terbentuk dari bagian lantai ke atas karena tetesan air dari atas, sedangkan stalaktit terbentuk dari bagian atap ke bawah. Selain itu stalakmit tidak berlubang, terlihat berlapis-lapis serta ujungnya tidak meruncing, sedangkan stalaktit sebaliknya. Disebut Green Canyon karena tebing-tebing tinggi pada sisi-sisi aliran sungai ini menyerupai tebing-tebing tinggi pada aliran sungai Grand Canyon sesungguhnya di Amerika Serikat.
Berbicara tentang Green Canyon di Pangandaran pasti akan berbicara tentang body rafting, yaitu menikmati keindahan alam dengan menyusuri sungai Green Canyon. Sungai yang akan disusuri kurang lebih sepanjang 5 km dengan waktu yang dibutuhkan sekitar 4-5 jam. Jarak yang cukup jauh karena harus disusuri hanya dengan berenang dan memanjat tebing-tebing di sisi-sisinya untuk menghindari arus yang berbahaya.
Perlengkapan pengaman tentunya juga harus dipersiapkan, seperti pelampung, helm, deker, sepatu khusus body rafting. Tapi tidak perlu khawatir jika kita tidak memiliki alat-alat tersebut, karena ada penyedia jasa yang menawarkan jasa body rafting di Green Canyon Pangandaran, sehingga tidak perlu mahal-mahal membeli alat-alat tersebut terlebih dahulu. Kurang lebih hanya ada 5 penyedia jasa body rafting di Green Canyon Pangandaran yang dapat dicari informasinya di internet.
Sebagian dari penyedia layanan tersebut ada yang menerima kedatangan dadakan (on the spot) dan ada juga salah satunya dengan memesan terlebih dahulu sebelum hari melaksanakan body rafting ini. Pihak penyedia layanan jasa body rafting ini umumnya sudah memberikan harga paket, diantaranya alat-alat pengaman body rafting, pemandu, kendaraan menuju tempat dimulai body rafting, dan perahu untuk menyusuri sungai dari lokasi akhir body rafting sampai darmaga.
Jadi tidak perlu banyak yang disiapkan walaupun untuk pemula, karena disamping sudah disediakan kebutuhan alat yang lengkap ditambah pemandu berpengalaman yang akan memandu dari awal hingga akhir untuk keselamatan saat kegiatan ini berlangsung.
Body rafting di Green Canyon Pangandaran akan lebih menyenangkan dimulai dari bagian hulu sungai, sehingga tidak melawan arus. Kami berangkat menuju lokasi start body rafting, membutuhkan waktu 20-30 menit dengan menggunakan mobil pick up yang disediakan penyedia jasa body rafting. Dilanjutkan dengan menuruni bukit dengan pohon-pohon yang rimbun dan semak belukar.
Sebelum dimulai, pemandu menyampaikan hal yang perlu diperhatikan. Diantaranya memastikan peserta tidak memiliki sakit jantung atau epilepsi, karena disamping akan memacu adrenalin, air juga cukup dingin selama berenang. Selain itu pemandu juga menyampaikan teknik untuk menghindari atau menghadapi batu-batuan yang berada di tengah sungai saat berenang. Pemandu juga memimpin pemanasan agar tidak terjadi keram. Baiknya peserta juga sarapan terlebih dahulu, karena body rafting ini membutuhkan energi dan ketahanan tubuh yang baik.
Awal menyusuri sungai, arus yang dihadapi masih terlihat tenang dengan sisi-sisi sungai berupa tebing yang ditumbuhi akar-akar pohon dan semak-semak. Saat itu kebetulan air sedang meluap karena hujan di pagi harinya, sehingga airnya pun tidak berwarna hijau, tapi sedikit berwarna kecoklatan. Namun setelah menyusuri sungai selama setengah jam baru dimulai arus sungai yang deras disertai batu-batu karang yang harus dihindari. Mulai tampak juga sedikit demi sedikit pemandangan tebing-tebing yang mempesona dirimbuni pohon-pohon besar diatasnya.
Terus menyusuri sungai akan terlihat lebih jelas lagi pesona staklatit yang begitu indah, mengucurkan air dari ujung batuan yang runcing ke bawah sungai. Pohon-pohon besar di atas tebing disertai akar-akarnya yang menjulur kebawah, menambah suasana yang menakjubkan. Cahaya dari langit yang tertutup rimbunnya pohon pun ikut melengkapi keindahan aliran sungai serta tebing-tebing tinggi disisinya. Sungguh lukisan Sang Maha Pencipta yang begitu sempurna yang kami lihat dari atas batu di tengah aliran sungai Green Canyon.
Sebelum mengakhiri body rafting yang akan berakhir di mulut gua atau yang disebut Cukang Taneuh, kami ditantang untuk terjun dari batu berbentuk payung setinggi kurang lebih 7 meter. Terjun dari batu payung hanya jadi pilihan peserta body rafting, pihak penyedia jasa layanan body rafting tidak memaksa untuk terjun. Namun kami bertujuh sepakat untuk terjun, walaupun salah satu diantara kami ragu karena ketinggiannya.
Untuk naik ke batu payung kami harus mendaki tebing yang berada di sisi sungai. Tak ingin berlama-lama merasa takut di atas batu payung, kami pun loncat ke aliran sungai satu persatu. Sekali lagi seakan-akan alam menghibur kami.
Tibalah di akhir perjalan body rafting kami di Green Canyon, body rafting kami diakhiri di bawah langit Cukang Taneuh. Sambil menunggu perahu yang akan membawa kami ke dermaga. Ternyata sampai akhir pun alam masih memberikan keindahannya dari langit-langit bawah jembatan tanah alami yang dipenuhi stalaktit-stalaktit. Inilah perjalanan kami untuk kembali ke alam untuk melihat kebesaran-Nya, yang selalu menjadi momen yang paling menyenangkan bagi kami.
foto di Green Canyon, Pangandaran:
Sungai Diantara 2 tebing |
Hijaunya alam |
Sumber: detik.com